Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) telah lama menjadi panduan dasar dalam penanganan limbah. Meskipun efektif, kompleksitas masalah sampah modern menuntut pendekatan yang lebih komprehensif. Untuk mencapai keberlanjutan lingkungan yang sesungguhnya, kini telah hadir Revolusi Pengelolaan Sampah melalui Strategi 5R, yang menambahkan dua elemen krusial: Refuse (Menolak) dan Rot (Mengurai). Strategi 5R ini menempatkan pencegahan di urutan teratas hierarki, mengubah pola pikir dari sekadar mengelola sampah yang sudah ada menjadi mencegah sampah itu tercipta. Revolusi Pengelolaan Sampah ini adalah pergeseran filosofi yang mendorong setiap individu dan institusi untuk bertanggung jawab penuh atas jejak limbah mereka.
R1: Refuse (Menolak)
Elemen Refuse adalah fondasi dari Revolusi Pengelolaan Sampah 5R. Prinsip ini mengajarkan untuk menolak barang-barang yang tidak dibutuhkan dan berpotensi menjadi sampah, terutama barang sekali pakai yang tidak dapat didaur ulang. Contoh paling nyata adalah menolak sedotan plastik, kantong plastik belanja, atau sampel gratis yang tidak penting. Kebiasaan ini memiliki dampak yang sangat besar di tingkat makro. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin, berdasarkan laporan efektivitas kebijakan per 10 April 2024, mencatat penurunan penggunaan kantong plastik hingga 45% di pasar-pasar ritel modern sejak diberlakukannya kampanye Refuse. Langkah ini menunjukkan bahwa kekuatan menolak jauh lebih efektif daripada mencoba mendaur ulang setiap barang.
R2 & R3: Reduce dan Reuse (Mengurangi dan Menggunakan Kembali)
Setelah menolak, langkah selanjutnya adalah Reduce (mengurangi) konsumsi secara keseluruhan, hanya membeli apa yang benar-benar dibutuhkan, dan Reuse (menggunakan kembali) barang yang ada. Contoh Reduce adalah membeli produk dalam kemasan besar (bulk) untuk meminimalkan kemasan kecil, sementara Reuse diwujudkan dengan menggunakan botol minum dan wadah makanan sendiri. Di sebuah sentra Bank Sampah di Kabupaten Gresik, pada Rabu, 28 Agustus 2024, seorang petugas pencatat, Ibu Wati, melaporkan peningkatan signifikan pada setoran botol plastik bekas yang sudah dibilas bersih dari para nasabah. Kualitas sampah yang lebih baik ini, meskipun volume setoran kemasan sekali pakai berkurang, menunjukkan kesadaran masyarakat untuk reuse wadah mereka sebelum benar-benar membuangnya.
R4: Recycle dan R5: Rot (Daur Ulang dan Mengurai)
Dua langkah terakhir dalam strategi 5R adalah Recycle dan Rot. Recycle tetap penting untuk mengolah material anorganik menjadi produk baru, seperti mengubah botol plastik menjadi serat tekstil atau kaca menjadi bahan bangunan. Sementara itu, Rot adalah Revolusi Pengelolaan Sampah bagi limbah organik. Rot merujuk pada penguraian atau pengomposan sampah organik seperti sisa makanan, kulit buah, dan dedaunan. Proses ini mengalihkan sekitar 40-60% sampah rumah tangga dari TPA, yang pada akhirnya mengurangi produksi gas metana. Seorang peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI), Dr. Indah Permata, M.Si., dalam seminar daring pada Senin, 18 November 2024, menekankan bahwa jika setiap rumah tangga rutin melakukan Rot, beban TPA nasional dapat berkurang drastis, memungkinkan alokasi dana pemerintah untuk penanganan limbah beralih ke sektor yang lebih mendesak. Strategi 5R membuktikan bahwa solusi masalah sampah dimulai dari kesadaran pribadi, bukan hanya di tempat pembuangan akhir.
