Mewujudkan kesadaran lingkungan adalah upaya kolektif yang sangat bergantung pada sinergi antara keluarga dan sekolah sebagai dua pilar utama edukasi. Lingkungan yang bersih dan lestari bukanlah tanggung jawab satu pihak saja, melainkan hasil dari pemahaman dan kebiasaan yang ditanamkan sejak dini. Keluarga berperan sebagai benteng pertama dalam membentuk karakter, sementara sekolah berfungsi sebagai lembaga formal yang memperkaya pengetahuan dan keterampilan. Kolaborasi kedua institusi ini sangat vital untuk mewujudkan kesadaran lingkungan yang mendalam dan berkelanjutan pada generasi muda.
Di dalam keluarga, proses mewujudkan kesadaran lingkungan dimulai dari contoh nyata yang diberikan oleh orang tua. Kebiasaan sederhana seperti memilah sampah di rumah, menghemat penggunaan air dan listrik, atau menanam pohon di pekarangan dapat menjadi pelajaran yang sangat efektif bagi anak-anak. Diskusi tentang pentingnya menjaga kebersihan atau dampak dari penggunaan plastik berlebihan juga akan membantu anak memahami konteks yang lebih luas. Sebagai contoh, di banyak keluarga di Surabaya, pada hari Minggu pagi, 24 November 2024, mereka secara rutin melakukan kegiatan “Bersih-Bersih Lingkungan Rumah” yang melibatkan seluruh anggota keluarga, menanamkan rasa tanggung jawab bersama.
Sementara itu, sekolah memiliki peran formal dalam mewujudkan kesadaran lingkungan melalui kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler. Mata pelajaran seperti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat mengintegrasikan isu-isu lingkungan. Sekolah juga dapat menerapkan program “Adiwiyata” yang mendorong praktik ramah lingkungan, seperti bank sampah sekolah atau proyek kebun hidroponik. Pada tahun ajaran 2024/2025, SMP Bunga Nusantara meluncurkan program “Duta Lingkungan Sekolah” yang melibatkan siswa-siswi terpilih untuk menjadi agen perubahan di antara teman-teman mereka. Pihak sekolah, dengan dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup dan terkadang melibatkan aparat kepolisian dalam sosialisasi tentang bahaya membuang limbah sembarangan ke sungai, memastikan bahwa edukasi lingkungan disampaikan secara komprehensif. Dengan peran aktif keluarga sebagai teladan dan sekolah sebagai fasilitator pengetahuan dan praktik, upaya mewujudkan kesadaran lingkungan dapat berjalan efektif, mencetak generasi yang peduli dan bertanggung jawab terhadap bumi.
